Perjalanan semalaman Jakarta - Doha emang sangat melelahkan. Aku baru tau yang namanya jetlag itu seperti apa. Sebetulnya sih perbedaan waktunya cuma 4 jam, terus perjalanannya ke barat lagi. Jadi seharusnya waktu tidur di pesawat cukup. Tapi, lha gimana lagi, bagaimanapun juga mumet ini datang juga. Untung ada obat andalan, "Axe Oil" alias minyak kampak.
Setelah tidur dan mandi, aku pergi ke restaurant untuk breakfast. Nglihat makanannya, koq aneh-aneh gini. Pertama cuma ngambil roti bakar. Mana cacing di perut udah "krucuk-krucuk", ga bisa kompromi lagi. Terus aku pesan nasi (plus makanan yang ga aneh-aneh) sama waitre-nya. Eh, ternyata waitre dan chefnya orang Indonesia. Jadi ada temen ngobrol.
Beberapa kali aku ditanyain oleh orang-orang yang ber-face melayu, sebagai waitre, tukang laundry, mechanic. Are u Indonesian/Malaysian/Phillipino? Mengenali orang melayu emang sangat gampang. Di Qatar ini sgala macam orang ada, Qatari/arab (dengan khas gamis putihnya), Caucasian, Malayan, Negro, dan yang paling banyak, Indian/Pakistani.
Ngomong-ngomong soal hotel, hotel yang aku tempati ini bintang-5 lho. Tapi sayang aku belum mengexplore fasilitasnya kemana-mana. Pasalnya aku terlanjur beli voucher internet terusan 24 jam seharga 100 QR. Jadi sayang banget kalo ga dimanfaatin. Paling mondar-mandirnya antara kamar-restaurant aja.
Di depan hotel ada sebuah masjid. Arsitekturnya khas timur tengah. Aku sempatkan untuk sholat Maghrib dan Isya disitu.Bangunannya kelihatannya kecil, cuma kalo udah didalam terasa luas. Karpetnya merah dan tebal, banyak sujud disini kayaknya ga bakal membuat jidad jadi hitam. Dipojok kiri kanan ada tumpukan mushaf. Dan yang paling keren, masjidnya full AC (ya iya lah, kalo model kipas angin kayak di Indonesia malah tambah kepanasan). Dan suara imamnya itu loh, subhanallah, merdu banget. Serasa sholat di Masjidil Haram (bayangin dulu gapapa kan?). Oya, disini untuk mengisi waktu antara adzan dan iqomat, jamaahnya pada tilawah sendiri-sendiri. Suaranya ga dikencengin, mbacanya dalam hati saja. Terus yang qomat juga langsung imamnya sendiri (hayo yang di CCB, pada rebutan qomat biar ga jadi imam). Cacat ga ada halangan untuk beribadah. Di dalam masjid disediain kursi plastik (kayak yang di warung kaki lima) untuk orang yang mau sholat dengan duduk.
Mengisi waktu antara sholat Maghrib dan Isya, aku jalan2 di seputaran masjid dan hotel. Kebetulan bertemu sama orang Malaysia (namanya Azid) yang nginep di hotel itu juga. Kita ngobrol2 banyak soal kerjaan, Qatar, dll. Karena dia baru seminggu disini, jadi dia juga belum tau banyak. Yang menarik, waktu kita mau nyebrang jalan. Uhh susahnya, karena jalannya gedhe (6 jalur) dan lebar, jadi mobil-mobil disini larinya kenceng banget. Harus nunggu sekitar 10 menit buat nyebrang, itupun harus pake lari-lari.
Malamnya, aku dijemput oleh 2 orang ex-TPPI yang udah duluan di Qatar. Kita jalan2 ke Carrefour sekalian nyari SIM card sini. Karena aktivasi international roamingku gagal, aku ga bisa komunikasi kemana-mana. Nah, saran buat yang mau nyusul, bawa aja kartu Mentari/IM3 yang lebih gampang aktivasinya, kalo Telkomsel mah susah disini. Sampai di Carrefour udah malam (sekitar jam 9) tapi masih rame banget. Katanya sih baru tutup jam 12 malam (busyet dahh). Mallnya sekelas ama Senayan City gitu. Tapi bedanya disini ga ada cewek yang pake youcansee dan rok mini gitu, yang banyak malah "Aisyah"nya Ayat-Ayat Cinta, he..he.. Alhamdulillah, mata ini jadi lebih terjaga.
SIM Card disini namanya Hala Card. Operator HP dimonopoli oleh Q-Tel (BUMN telekomunikasi). Terus kalo mau dapet SIM Card, harus nunjukin passport dulu, register on-line, and ga bisa milih-milih nomer kayak di Indonesia. No-nya cuma 7 digit, jadi ga repot ngapalinnya. Harganya 200 QR (500 ribu) dapet pulsa 100 QR. Bandingkan dengan harga SIM Card di Indonesia yang diobral kayak kacang goreng. Oya, yang lucu petugas Q-Tel (laki-laki lengkap dengan gamisnya) begitu tau aku orang Indonesia langsung bilang "Aku Cinta Kamu" (mungkin bisanya bahasa Indonesia cuma itu, he..he..)
Sempet survey harga barang-barang elektronik di Carrefour. Murahan di Indonesia sih, tapi cuma selisih 100-200 ribu. Cuma karena gaji orang2 Indonesia disini lipat 3x daripada di tanah air, jadi berasa murah aja. Saran dari temenku, kalo belanja disini harganya jangan diconvert ke rupiah, terlalu banyak mikir malah ga bakal kebeli. Udah yang dipengenin, beli aja.
Malam yang indah. Sepanjang jalan (Hotel-Carrefour) lihat gedung-gedung mewah berarsitektur modern dengan cahaya yang berkilauan. Lahan-lahan taman kota yang hijau jadi tongkrongan orang-orang yang mau menghabiskan malam. Mobil2 mewah ber-cc tinggi berseliweran di jalan-jalan kota. Qatar,.. oh Qatar.
-- Ummi, Silmi, I miss U all. Ayah kesepian nih, hik..hik.. --