Thursday, December 4, 2008

Yang Lebih Jelek

Apa yang lebih jelek daripada di Indonesia, jawabannya sangat jelas, pelayanan publik. Kalo pelayanan publik dibidang pemerintahan, seperti polisi atau pemda, masih bisa dimaklumi. Tapi yang membuat aku shock, bahkan bank saja pelayanannyapun sangat parah. Aku sendiri sudah pernah menjadi nasabah beberapa bank di Indo, mulai dari BNI, BCA, BSM, BTN, Danamon, sampai BRI ndeso sekalipun, ga ada yang pelayanannya lebih parah daripada bank di Qatar. Mungkin mereka merasa bahwa kita yang membutuhkan mereka sehingga mereka “sak penake dhewe”.

Dan satu lagi, jangan harap nemuin toko/supermarket macam Indomaret/Alfamart disini. Ucapan “Selamat pagi, selamat datang di Indomaret” dan senyum ramah shopkeeper ga bakal ditemuin disini. Kebanyakan mereka cuek. Bahkan saat melayani pembayaran sekalipun, mereka sibuk dengan urusannya sendiri.

Sebelum aku berangkat, ada seorang teman memberitahu bahwa 50% gaji kita di Qatar adalah tunjangan kesabaran dan harga diri. Hmm, bener juga ya!!

Yang Lebih Murah

Apa saja barang-barang di Qatar yang lebih murah dari Indonesia:

  1. Bensin: Itu jelas banget karena disamping Qatar adalah negara penghasil minyak, subsidi dari pemerintah begitu banyak sehingga harga BBM sangat-sangat murah. Harga premium (Octane 92) = 0.6 QR dan Super (Octane 98) = 0.8 QR.
  2. Mobil: Harga mobil (terutama mobil mewah) sangat berbeda jauh dengan Indonesia. Kalo yang di Indonesia sudah bernilai M, disini mungkin cuma setengahnya. Beli mobil disini (katanya) udah seperti beli kacang aja. Tinggal datang ke dealer, 2 hari kemudian mobil udah sampai rumah, tanpa uang muka lagi. Juga karena harga BBM yang murah, sehingga banyak penduduk yang memilih mobil sebagai sarana transportasi daripada bus kota.
  3. Softdrink kaleng: Coca Cola dan sejenisnya disini hanya dijual 1 QR (bahkan lebih murah dibandingkan es teh), sehingga softdrink jadi minuman umum disini. Walaupun murah, saya sendiri masih eneg minum seperti itu. Karena di Indo sendiri saya jarang minum yang bersoda.
  4. Kurma: Ya iyalah,…………..

Wallace, Penyingkap Kekayaan Alam Indonesia

Beberapa hari yang lalu, saya jalan-jalan ke Carrefour di City Centre. Satu hal yang harus saya beli adalah buku bacaan atau majalah. Karena saya sudah bosan mengisi waktu luang hanya dengan membaca buku itu-itu saja. Bahkan Qatar’s welcome book “Marhaba” yang tebalnya sekitar 500 halaman itu hampir saya khatamkan. Setelah lihat-lihat sebentar di counter majalah, akhirnya saya putuskan untuk membeli majalah National Geographic.

Pada awalnya, ga ada yang spesial dari NG magazine yang saya beli ini. Karena masih tersegel, saya hanya membaca judul di halaman muka. Headlinenya tentang ditemukannya makam King Herod, raja dari Old Yerusalem. Tetapi setelah saya buka-buka, di halaman lain ada sebuah kisah menarik tentang Wallace.

Wallace, lengkapnya Alfred Russel Wallace, adalah ilmuwan dari Inggris yang menekuni bidang Biologi yang pernah menjelajahi Nusantara pada tahun 1854-1862. Tujuannya adalah meneliti fauna yang ada di Malay Archipelago (Nusantara) untuk dijadikan referensi pembelajaran tentang teori evolusi yang saat itu dibawa oleh Charles Darwin.

Dari perjalanannya di Nusantara, dia menemukan garis yang membedakan tipe spesies hewan yang ada, memisahkan Nusantara menjadi 2 bagian. Dan sampai saat ini garis itu dikenal dengan nama Wallace line. Garis itu membentang diantara Kalimantan-Bali dengan Sulawesi-Lombok. Wallace menyimpulkan bahwa di garis itu terdapat lautan yang sangat dalam (Laut Sulawesi dan Selat Lombok), sehingga hewan tidak dapat bermigrasi melintasi lautan itu.

Di Nusantara barat (Indo-Malayan region) dia menemukan 177 spesies unggas dan 215 spesies mamalia, sedangkan di sebelah timur (Astro-Malayan region) ditemukan 241 spesies unggas dan 79 spesies mamalia. Beberapa koleksinya diawetkan dan sekarang menghiasi London’s Natural History Museum.

Saya tidak membahas masalah teori evolusi yang dibawanya. Karena keyakinan saya jelas sangat bertentangan dengan itu. Yang saya sadari bahwa Wallace menyingkapkan kekayaan alam di Indonesia yang begitu besar. Allah memberikan rahmat-Nya kepada bangsa kita begitu luas, yang kadang kita tidak menyadarinya. Mari sama-sama kita jaga dan lestarikan kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia.

Tanda Tangan

Seperti apa tandatangan anda? Saya bukan mau meramal, tapi hanya bertanya sejauh mana tandatangan anda merepresentasikan nama (diri) anda. Karena setelah saya pergi “abroad”, saya baru merasakan pentingnya sebuah tandatangan.

Dulu, semasa kuliah saya dan teman2 mempunyai tandatangan singkat (paraf) yang aneh-aneh. Saya sendiri hanya memberi tanda “lasso” pada absensi kuliah. Teman saya bernama Purwanto, mengisi kolom parafnya hanya dengan tanda “412” (four-one-two), sampai-sampai salah seorang dosen menegurnya karena menganggap tandatangannya terlalu aneh. Memang tujuan kami menyederhanakan tandatangan tiada lain supaya gampang nitip teman kalau kita absen.

Tapi setelah saya membuka cakrawala wawasan saya lebih luas, ternyata orang2 di dunia ini memiliki masing-masing tandatangan yang cukup sederhana. Orang Jepang, India dan Arab misalnya, tandatangan mereka adalah nama mereka dalam huruf mereka sendiri. Orang2 yang menggunakan alfabet-pun mempunyai tandatangan yang sama dengan nama mereka, hanya saja dibuat dengan sangat cepat dan dengan huruf latin (script), sehingga nyaris tak terbaca kalau itu adalah namanya.

Lha kalo orang Indonesia, tandatangan sederhana malah dianggap aneh. Kalo ditanya ke anak-anak muda kenapa tandatangannya begitu rumit dan mbulet-mbulet, mereka pasti menjawab biar ga gampang dipalsu atau biar keren. Padahal kalau mereka tahu, betapa akan capeknya kalau harus menandatangani ratusan lembar formulir dengan tandatangan yang rumit saat mereka sudah jadi bos nanti.

Jadi bagi yang belum terlambat, ada baiknya untuk lebih menyederhanakan tandatangan dan menjadikannya sebagai representasi dari nama kita. Tapi kalau yang tandatangannya sudah terlanjur ada dimana-mana seperti saya ini, ya bagaimana lagi.