Saturday, October 18, 2008

Budaya Arab, belum tentu Budaya Islam

Apa yang anda bayangkan kalo anda bertemu dengan seseorang laki-laki dengan gamis panjang putih, dengan kafiyah di kepala, dan berjanggut panjang. Mungkin ada yang menyebutnya pak Haji atau pak Ustadz, asal jangan nyebut teroris aja. Disini hampir semua Qatari tampangnya gitu men!

Tapi kalo kemudian kamu tanyakan bacaan surat ini ayat itu atau bunyi hadits tentang suatu adab, dia belum tentu ngerti. Disini orang (yang tua) lebih disibukkan ngurusin harga minyak dan harga sewa apartment (buat landlord). Dan buat yang mudanya, mereka lebih senang ngurusin mobil atau sepakbola.

Aku baru kena damprat Qatari waktu ngantri di RS waktu mau medical check. Gara2nya cuma karena aku menempati kursi yang salah, terus dia ngomel2 gitu. Dia ternyata pengatur antrian loket pendaftaran, tampangnya galak, eh.. mungkin lebih tepatnya tegas. Kalo ada yang gak mau manut, minggir ! Ga peduli dia orang India, Eropa, Afrika or Melayu. Kalo Qatari, monggo duluan.

Nah, kalo kita berbicara tentang TV kabel, lebih parah lagi. Kalo di jalan2, kita ga bakal lebih cewek berpakaian yang “aneh-aneh”, kalo di TV malah diumbar bebas. Belum lagi di video musik sering menampilkan ikhtilat, joged-joged laki dan perempuan kayak ga punya malu. Ini jelas2 bukan budaya Islam. Anehnya di TV lokal Jawa Timur, mereka banyak mengadopt video clip – video clip kayak gini. Bahasa arab sih iya, kalo ada lirik lagu “habibi…habibi…” itu sama juga artinya dengan “Sayangku” or “My Love”.

Ngomong-ngomong tentang bahasa arab, jangan dianggap bahasa arab yang dipakai sini itu sama dengan bahasa Al Quran. Beda banget coy! Bahasa Arab resmi (Al Quran) disebut Fuskha (atau fasih), sedangkan bahasa Arab gaul disebut Ammiyah. Jadi pelajaran bahasa Arab yang diajarkan ustadzku selama di Indonesia, ada yang ga kepakai. Contohnya “ma”, resminya itu artinya “apa”, tapi di bahasa ammiyah artinya malah “nggak (menolak halus)”. Sedangkan kata tanya “apa”, bahasa ammiyahnya adalah “ish”. Nah, bisa jadi salah pengertian kan?

Seandainya bahasa percakapan arab itu bahasa Fuskha, pastilah Indonesia akan punya stok ustadzah banyak. TKW-TKW dari timur tengah yang bahasa arabnya sudah lancar, pulang-pulang bisa jadi guru ngaji. Sayangnya ya itu, karena bahasa sehari-harinya berbeda dengan bahasa Al Quran, makanya kalo ga belajar serius bahasa arab (Nahwu Shorof) ya ga bakal ngerti-ngerti. Habis ibaratnya praktek sehari-harinya pakai bahasa "lo gua lo gua" sih.

Jadi sekali lagi, budaya arab belum tentu (budaya) Islam. Muslim yang sebenarnya dia harusnya lebih empati pada orang lain dan rendah hati pada sesama. Bukannya sok arogan di atas mobil mewahnya atau berlebih-lebihan menumpuk harta. Ingat harta juga hanya titipan Allah, suatu saat Dia akan mengambilnya kembali.

No comments: