Saturday, October 18, 2008

Begitu Dekat Begitu Nyata

October 12, 2008.

Seperti hari sebelumnya, kembali aku berjamaah sholat maghrib dan Isya di masjid depan hotel. Aku ga tau nama masjidnya, habis ga ada papan namanya sih. Kali ini, aku niatkan untuk berkenalan dengan imamnya.

Jadi sehabis sholat Isya, aku masih harus menunggu imamnya wiridan dan sholat sunnah rowatib ba’diyah. Setelah beliau salam, aku memberanikan diri mendatanginya dan menyalaminya (salam means berjabat tangan dan say “Assalamu’alaikum Ya Imam”). Beliau menjawab salamku dan menanyakan kabarku (“kaifa haluk?”) dengan ramah. Sebelum melanjutkan pembicaraan, aku tanya, “Do you speak English?”. Ternyata beliau bisa bahasa Inggris walau agak kurang jelas, jadi aku hanya bisa memahami kata-katanya sedikit. Nama beliau Syech Hafidz Al …. (lupa). Terus aku juga menceritakan kedatanganku ke Qatar dan maksudku untuk mempelajari Islam lebih dalam. Terus beliau memberi tahu kalo di masjid lain yang tidak jauh dari sini (sekitaran Doha Beef Hotel) ada muadzin orang Indonesia, jadi mungkin aku bisa kesana untuk berkenalan dengannya.

Aku juga sempat bertanya tentang Syech Yusuf Qaradhawi yang tinggal di Qatar. Beliau mengatakan bahwa biasanya Syech Yusuf Qaradhawi menjadi khotib shalat Jumat di sebuah masjid (beliau menyebutkan namanya masjidnya, tapi aku lupa lagi). Lain kali akan aku tanyakan lagi namanya masjidnya.

October 14, 2008

Selepas (wah, omongannya kebawa Malaysia nich) kepindahanku dari Movenpick Hotel ke Apartment Najwa, aku juga mencoba mencari jamaah masjid disini. Menurut teman sekamarku, ada jamaah sholat Maghrib di deket apartment. Hanya saja tempatnya bukan masjid, tetapi di emperan toko. Bayanganku ini pasti di tempat parkir sebuah supermarket.

Setelah jalan dari apartment beberapa ratus meter, ternyata tempat sholat yang dimaksud adalah sholat di pinggir jalan (trotoar) depan toko onderdil mobil. Ini yang unik, di Indonesia ga ada. Kalopun ada sholatnya pun ga di pinggir jalan, tapi di tengah jalan (sholat ied). Tapi ini benar-benar lain, sholatnya nggelar tikar di trotoar. Udah gitu kita pas datangnya telat lagi, jadinya buat jamaah sendiri. Akhirnya sholatnya enak ga enak (ga bisa khusyuk) karena lihat tikar-tikar yang lain sudah ditatain, tinggal tikar yang kita tempatin aja.

So, kita memutuskan ga kesana lagi. Selain berbagai alasan di atas, juga karena alasan kebersihan yang aku rasa kurang terjamin.

October 15, 2008

Nah, hari ini aku mencoba jamaah di masjid. Lokasinya kira2 500 m dari apartment. Karena lumayan jauh aku berangkat 15 menit lebih awal. Oya, sekarang maghrib disini sekitar jam 5.10 p.m (karena udah mulai mendekati musim dingin). Masjid aku datangi ga begitu besar, multinasional, dan kalo dari luar, maaf, agak kurang terjaga kebersihannya. Mungkin karena banyak jamaahnya yang kurang mengindahkan kebersihan. Sudah diberi rak untuk tempat sandal, masih aja banyak yang naruh sandal sembarangan. Tempat wudlunya jongkok, wah pegel sekali rasanya kaki ini.

Dan yang buat aku excited, imamnya keren euy, pake kacamata hitam segala (kayaknya sih tuna netra). Dan bacaannya itu loh, subhanallah, merdu banget. Emang kalo ibadah lebih dekat ke sumbernya, tampak hampir seperti nyata. So close, so real. Makanya buat temen2 yang berminat, buruan nyusul kesini.

Oya, ada beberapa perbedaan tata cara sholat disini (yang dilakukan mayoritas jamaah) dengan di Indo. Seharusnya ini ga perlu ditulis karena menyangkut khilafiyah. Tapi sekedar just to know aja :

1. Saat mau rukuk dan i’tidal, takbirnya ga mengangkat tangan.

2. Menggerakkan telunjuk saat tahiyat hanya saat membaca syahadat dan hanya sebentar, setelah itu jari jemari menggenggam semua kembali.

3. Saat tahiyat akhir, duduk tetap di kaki. Kalo kita duduknya di pantat sebelah kiri.

4. Sholat sunnah ba’diyahnya lama dan rokaatnya banyak. Kebanyakan 4 rokaat. Saking lamanya sholat sunnah, jamaah yang di shof depan sampai kesulitan kalo mau keluar. Nunggunya lama.

No comments: